Salah seorang penggagas Kunstvereeniging (Perkumpulan Seni) Sobokartti adalah KGPAA Mangkunagara VII. Tentang apa dan siapa Mangkunagara VII ini ada baiknya kita simak tulisan RM Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) yang dimuat di “Hindia Poetera” Tahun I: 1916-1917. Aslinya tulisan ini dalam bahasa Belanda, berjudul “Een Moderne Javaansche Vorst.”

Seorang Raja Jawa Modern

Alangkah besar kegembiraan kami pada waktu kami mendengar kabar, bahwa Soerjo Soeparto yang di negeri ini tak asing lagi telah dinobatkan sebagai raja. Banyak lagi orang yang menerima kabar ini dengan senang hati pula. Kita telah mengenalnya, mengenalnya secara baik dalam hubungan sehari-hari sebagai kawan. Seorang tokoh yang sangat simpatik di antara orang-orang Hindia yang belajar di sini. Seorang yang lahiriah selalu riang gembira, sedangkan batiniah ia adalah seorang yang selalu bersungguh-sungguh dan teratur dalam berpikir. Oleh karena itu di mana-mana kedatangannya selalu disambut dengan baik.[1]

Ia tak pernah membuat kesalahan seperti yang biasa dilakukan kebanyakan orang popular, karena perangainya tidaklah seperti orang-orang yang suka ikut-ikutan. Ia dapat menggembirakan orang-orang muda dengan ceramah-ceramahnya yang menarik mengenai segala sesuatu; banyaklah pengalaman-pengalamannya! Sedang dengan orang-orang tua ia dapat mengikat perhatian mereka semalam suntuk, sebab di samping pengetahuan yang luas mengenai beberapa soal, ia mengerti benar seni konversasi yang logis lebih dari orang lain. Oleh karena itu saja kita sudah merasa senang bila ia pada suatu malam winter yang dingin tiba di rumah kita dengan sekonyong-konyong (dengan selalu bersenandungkan lagu-lagu Jawa, dan dengan begitu ia mendapat julukan laba-laba yang sedang menyanyi). Di atas segala hal itu kami anggap dia simpatik oleh karena gagasan-gagasannya yang demokratis. Dan sekalipun kami, sesudah kerapkali berdiskusi mengenai soal-soal penting tak dapat menemukan persamaan paham, namun bagi kami ia tetap seorang anak raja yang mempunyai dasar demokratis dan yang banyak memikirkan kepentingan rakyat. Bukan itu saja: ia adalah orang yang suka berbuat banyak untuk rakyat, bila ia diberi kesempatan untuk itu.

mn-vii

Kita berharap dengan sungguh-sungguh, mudah-mudahan Raja Mangkunegoro VII yang sekarang ini adalah tetap Soerjo Soeparto yang dahulu itu, sekalipun kini ia mengenakan pakaian yang gemerlapan. Dapatkah dari perbuatan-perbuatannya di masa yang silam kita harapkan hal sedemikian itu? Dapat, sebab yang kini naik di atasa tahta salah satu dari empat kerajaan Jawa itu adalah seorang yang berpendirian kuat dan yang melalui beberapa percobaan dalam kehidupan telah mencapai kepribadiannya. Ia adalah memang seorang anak raja, tetapi yang telah meninggalkan kehidupan dalam lingkungan istana yang tanpa keteguhan hati dan penuh kemewahan itu. Ia lepaskan kehidupan yang tidak segar itu untuk menukarnya dengan lapangan pekerjaan yang lebih menyenangkan. Ia bekerja sebagai magang, yaitu pembantu jurutulis. Kemudian menjadi mantri kabupaten, dan oleh karena ia dalam pada itu selalu berusaha untuk menambah pengetahuannya dalam berbagai bidang dengan mengikuti kursus-kursus yang dibiayainya sendiri dengan uang tabungannya, maka pada akhirnya ia dipandang cukup cakap untuk menduduki jabatan penterjemah di Surakarta. Perlu diketahui, bahwa untuk jabatan itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Belanda dan Jawa. Di situ lah RMA Soerjo Soeparto mulai menyumbangkan tenaganya secara aktif dalam pergerakan Jong Java. Ia mengambil peran penting di dalamnya. Juga ketika ia dengan biaya sendiri pergi ke negeri Belanda untuk memperdalam pengetahuannya tentang bahasa-bahasa Hindia. Sebagai pendengar pada Universitas Leiden ia tetap menunjukkan perhatiannya yang besar terhadap kejadian-kejadian di tanah air. Bahwa ia mendapat penghargaan yang besar dari bangsanya, dapat ditunjukkan dengan pengangkatannya sebagai ketua dari perkumpulan Boedi Oetomo, tidak lama setelah ia kembali ke tanah air.

Hanya orang-orang yang kuat batinnya dapat menerima beban yang istimewa dari Tuhan. Mudah-mudahan Mangkoenegoro VII dianugerahi batin yang kuat itu!

[1] Juga kawan-kawannya dari Haagsche Grenadiers (tentara pengawal ratu) masih selalu memuji pangeran Jawa ini – yang kemudian menjadi letnan cadangan – tentang pergaulannya dengan anak buahnya, maupun tentang pelaksanaan tugas dinasnya. Dengan kawan-kawannya dari Haagsche Grenadiers itulah pangeran ini mengalami kehidupan ketentaraannya yang berat.


“Hindia-Poetera”, 1e jaargang, 1916-1917